DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................. 1
1.2 tujuan............................................................................................. 1
1.3 rumusan masalah.......................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Sampah Organik.................................................... 2
2.2
Jenis-Jenis
Sampah Organik..................................................... 2
2.3
Prinsip Pengolahan Sampah..................................................... 3
2.4
Pengolaha Sampah.................................................................... 3
2.5
Kelebihan Mengelola Sampah
Organik................................... 6
2.6
Kekurangan Mengelola Sampah
Organik............................... 6
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan................................................................................. 7
3.2
Saran............................................................................................. 7
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sampah merupakan masalah yang dihadapi hampir seluruh Negara
di Dunia. Tidak hanya di Negara-negara berkembang, tetapi juga di Negara-negara
maju, sampah selalu menjadi masalah. Rata-rata setiap harinya kota-kota besar
di Indonesia menghasilkan puluhan ton sampah. Sampah-sampah itu diangkut oleh
truk-truk khusus dan dibuang atau ditumpuk begitu saja di tempat yang sudah
disediakan tanpa diapa-apakan lagi. Dari hari ke hari sampah itu terus menumpuk
dan terjadilah bukit sampah seperti yang sering kita lihat.
Sampah yang menumpuk itu, sudah tentu akan mengganggu
penduduk di sekitarnya. Selain baunya yang tidak sedap, sampah sering
dihinggapi lalat. Dan juga dapat mendatangkan wabah penyakit. Walaupun terbukti
sampah itu dapat merugikan, tetapi ada sisi manfaatnya. Hal ini karena selain
dapat mendatangkan bencana bagi masyarakat, sampah juga dapat diubah menjadi
barang yang bermanfaat. Kemanfaatan sampah ini tidak terlepas dari penggunaan
Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi dalam menanganinya.
1.2
Tujuan
1. Untuk mengetahui
jenis-jenis sampah
2. Untuk menambah wawasan dan
pengetahuan tentang sampah
3. Untuk mengetahui cara
mengolah sampah
4. Mencoba menganalisis dan
memecahkan masalah tentang sampah
1.3. Rumusan Masalah
1. Pengertian dan Tujuan Pengelolaan Sampah
2. Metode Pengelolaan Sampah
3. Konsep Pengelolaan Sampah
4.Manfaat Pengelolaan Sampah
5. Penaganan Sampah Organik dan Non Organik
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Sampah Organik
Sampah Organik adalah merupakan barang yang dianggap sudah
tidak terpakai dan dibuang oleh pemilik/pemakai sebelumnya, tetapi masih bisa
dipakai kalau dikelola dengan prosedur yang benar. Organik adalah proses yang
kokoh dan relatif cepat, maka tanda apa yang kita punya untuk menyatakan bahwa
bahan-bahan pokok kehidupan, sebutlah molekul organik, dan planet-planet sejenis.
Sampah organik adalah sampah yang bisa mengalami pelapukan (dekomposisi) dan
terurai menjadi bahan yang lebih kecil dan tidak berbau (sering disebut dengan
kompos).
Kompos merupakan hasil pelapukan bahan-bahan organik seperti
daun-daunan, jerami, alang-alang, sampah, rumput, dan bahan lain yang sejenis
yang proses pelapukannya dipercepat oleh bantuan manusia. Sampah pasar khusus
seperti pasar sayur mayur, pasar buah, atau pasar ikan, jenisnya relatif
seragam, sebagian besar (95%) berupa sampah organik sehingga lebih mudah
ditangani. Sampah yang berasal dari pemukiman umumnya sangat beragam, tetapi
secara umum minimal 75% terdiri dari sampah organik dan sisanya anorganik.
2.2
Jenis-Jenis Sampah Organik
Sampah organik berasal dari makhluk hidup, baik manusia,
hewan, maupun tumbuhan, Sampah organik sendiri dibagi menjadi :
1. Sampah organik basah
Istilah sampah organik basah dimaksudkan sampah
mempunyai kandungan air yang cukup tinggi. Contohnya kulit buah dan sisa
sayuran.
2. Sampah organik kering
Sementara bahan yang termasuk sampah organik kering adalah
bahan organik lain yang kandungan airnya kecil. Contoh sampah organik kering di
antaranya kertas, kayu atau ranting pohon, dan dedaunan kering.
2.3
Prinsip Pengolahan Sampah
Berikut adalah
prinsip-prinsip yang bisa diterapkan dalam pengolahan sampah. Prinsip-prinsip
ini dikenal dengan nama 4R, yaitu:
1. Mengurangi (bahasa Inggris:
reduce)
Sebisa mungkin meminimalisasi
barang atau material yang kita pergunakan. Semakin banyak kita menggunakan
material, semakin banyak sampah yang dihasilkan.
2. Menggunakan kembali (bahasa
Inggris: reuse)
Sebisa mungkin
pilihlah barang-barang yang bisa dipakai kembali. Hindari pemakaian
barang-barang yang sekali pakai, buang (bahasa Inggris: disposable).
3. Mendaur ulang (bahasa
Inggris: recycle)
Sebisa mungkin,
barang-barang yang sudah tidak berguna didaur ulang lagi. Tidak semua barang
bisa didaur ulang, tetapi saat ini sudah banyak industri tidak resmi (bahasa
Inggris: informal) dan industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah menjadi
barang lain.
4. Mengganti (bahasa Inggris:
replace)
Teliti barang yang kita pakai sehari-hari. Gantilah
barang-barang yang hanya bisa dipakai sekali dengan barang yang lebih tahan
lama.
2.4 Pengolahan Sampah
Untuk menangani permasalahan sampah secara menyeluruh perlu
dilakukan alternatif-alternatif pengelolaan. Landfill bukan merupakan
alternatif yang sesuai, karena landfill tidak berkelanjutan dan menimbulkan
masalah lingkungan. Malahan alternatif-alternatif tersebut harus bisa menangani
semua permasalahan pembuangan sampah dengan cara mendaur-ulang semua limbah
yang dibuang kembali ke ekonomi masyarakat atau ke alam, sehingga dapat
mengurangi tekanan terhadap sumberdaya alam. Untuk mencapai hal tersebut, ada
tiga asumsi dalam pengelolaan sampah yang harus diganti dengan tiga
prinsip–prinsip baru Daripada mengasumsikan bahwa masyarakat akan menghasilkan
jumlah sampah yang terus meningkat, minimisasi sampah harus dijadikan prioritas
utama.
Sampah yang dibuang harus dipilah, sehingga tiap bagian
dapat dikomposkan atau didaur-ulang secara optimal, daripada dibuang ke sistem
pembuangan limbah yang tercampur seperti yang ada saat ini. Dan
industri-industri harus mendesain ulang produk-produk mereka untuk memudahkan
proses daur-ulang produk tersebut. Prinsip ini berlaku untuk semua jenis dan
alur sampah.
Pembuangan sampah yang tercampur merusak dan mengurangi
nilai dari material yang mungkin masih bisa dimanfaatkan lagi. Bahan-bahan
organik dapat mengkontaminasi/ mencemari bahan-bahan yang mungkin masih bisa di
daur-ulang dan racun dapat menghancurkan kegunaan dari keduanya. Sebagai
tambahan, suatu porsi peningkatan alur limbah yang berasal dari produk-produk
sintetis dan produk-produk yang tidak dirancang untuk mudah didaur-ulang; perlu
dirancang ulang agar sesuai dengan sistem daur-ulang atau tahapan penghapusan
penggunaan.
Program-program sampah kota harus disesuaikan dengan kondisi
setempat agar berhasil, dan tidak mungkin dibuat sama dengan kota lainnya.
Terutama program-program di negara-negara berkembang seharusnya tidak begitu
saja mengikuti pola program yang telah berhasil dilakukan di negara-negara
maju, mengingat perbedaan kondisi-kondisi fisik, ekonomi, hukum dan budaya.
Khususnya sektor informal (tukang sampah atau pemulung) merupakan suatu
komponen penting dalam sistem penanganan sampah yang ada saat ini, dan
peningkatan kinerja mereka harus menjadi komponen utama dalam sistem penanganan
sampah di negara berkembang. Salah satu contoh sukses adalah zabbaleen di
Kairo, yang telah berhasil membuat suatu sistem pengumpulan dan daur-ulang
sampah yang mampu mengubah/memanfaatkan 85 persen sampah yang terkumpul dan
mempekerjakan 40.000 orang.
Secara umum, di negara Utara atau di negara Selatan, sistem
untuk penanganan sampah organik merupakan komponen-komponen terpenting dari
suatu sistem penanganan sampah kota. Sampah-sampah organik seharusnya dijadikan
kompos, vermi-kompos (pengomposan dengan cacing) atau dijadikan makanan ternak
untuk mengembalikan nutirisi-nutrisi yang ada ke tanah. Hal ini menjamin bahwa
bahan-bahan yang masih bisa didaur-ulang tidak terkontaminasi, yang juga
merupakan kunci ekonomis dari suatu alternatif pemanfaatan sampah. Daur-ulang sampah
menciptakan lebih banyak pekerjaan per ton sampah dibandingkan dengan kegiatan
lain, dan menghasilkan suatu aliran material yang dapat mensuplai industri.
Melalui proses dekomposisi terjadi proses daur ulang unsur
hara secara alamiah. Hara yang terkandung dalam bahan atau benda-benda organik
yang telah mati, dengan bantuan mikroba (jasad renik), seperti bakteri dan
jamur, akan terurai menjadi hara yang lebih sederhana dengan bantuan manusia
maka produk akhirnya adalah kompos (compost).
Setiap bahan organik, bahan-bahan hayati yang telah mati,
akan mengalami proses dekomposisi atau pelapukan. Daun-daun yang gugur ke
tanah, batang atau ranting yang patah, bangkai hewan, kotoran hewan, sisa
makanan, dan lain sebagainya, semuanya akan mengalami proses dekomposisi
kemudian hancur menjadi seperti tanah berwarna coklat-kehitaman. Wujudnya
semula tidak dikenal lagi. Melalui proses dekomposisi terjadi proses daur ulang
unsur hara secara alamiah. Hara yang terkandung dalam bahan atau benda-benda
organik yang telah mati, dengan bantuan mikroba (jasad renik), seperti bakteri
dan jamur, akan terurai menjadi hara yang lebih sederhana dengan bantuan
manusia maka produk akhirnya adalah kompos (compost).
Pengomposan didefinisikan sebagai proses biokimiawi yang
melibatkan jasad renik sebagai agensia (perantara) yang merombak bahan organik
menjadi bahan yang mirip dengan humus. Hasil perombakan tersebut disebut
kompos. Kompos biasanya dimanfaatkan sebagai pupuk dan pembenah tanah.
Kompos dan pengomposan (composting) sudah dikenal sejak
berabad-abad yang lalu. Berbagai sumber mencatat bahwa penggunaan kompos
sebagai pupuk telah dimulai sejak 1000 tahun sebelum Nabi Musa. Tercatat juga
bahwa pada zaman Kerajaan Babylonia dan kekaisaran China, kompos dan teknologi
pengomposan sudah berkembang cukup pesat.
Namun demikian, perkembangan teknologi industri telah
menciptakan ketergantungan pertanian terhadap pupuk kimia buatan pabrik
sehingga membuat orang melupakan kompos. Padahal kompos memiliki
keunggulan-keunggulan lain yang tidak dapat digantikan oleh pupuk kimiawi,
yaitu kompos mampu:
·
Mengurangi
kepekatan dan kepadatan tanah sehingga memudahkan perkembangan akar dan
kemampuannya dalam penyerapan hara.
·
Meningkatkan
kemampuan tanah dalam mengikat air sehingga tanah dapat menyimpan air lebih ama
dan mencegah terjadinya kekeringan pada tanah.
·
Menahan
erosi tanah sehingga mengurangi pencucian hara.Menciptakan kondisi yang sesuai
untuk pertumbuhan jasad penghuni tanah seperti cacing dan mikroba tanah yang
sangat berguna bagi kesuburan tanah.
2.5 Kelebihan Mengolah Sampah Organik
Berikut ini beberapa manfaat pembuatan kompos menggunakan
sampah rumah tangga;
a. Mampu menyediakan pupuk
organik yang murah dan ramah lingkungan.
b. Mengurangi tumpukan sampah
organik yang berserakan di sekitar tempat tinggal.
c. Membantu pengelolaan sampah
secara dini dan cepat.
d. Menghemat biaya pengangkutan
sampah ke tempat pembuangan akhir (TPA).
e. Mengurangi kebutuhan lahan
tempat pembuangan sampah akhir (TPA).
f. Menyelamatkan lingkungan dari
kerusakan dan gangguan berupa bau, selokan macet, banjir, tanah longsor, serta
penyakit yang ditularkan oleh serangga dan binatang pengerat.
2.6 Kekurangan Mengolah Sampah Organik
Setelah menjadi pupuk kompos, pupuk siap untuk digunakan
sebagai penyubur tanah. Adapun kekurangan pupuk kompos adalah unsur hara
relatif lama diserap tumbuhan, pembuatannya lama, dan sulit dibuat dalam skala
besar. Oleh karena itu untuk mendukung peningkatan hasil-hasil pertanian
diperlukan pupuk buatan.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah
berakhirnya suatu proses. Sampah merupakan konsep buatan manusia, dalam
proses-proses alam tidak ada sampah, yang ada hanya produk-produk yang tak
bergerak.
Sampah dapat berada pada setiap fase materi: padat, cair,
atau gas. Ketika dilepaskan dalam dua fase yang disebutkan terakhir, terutama
gas, sampah dapat dikatakan sebagai emisi. Emisi biasa dikaitkan dengan polusi.
3.2 Saran
Cara pengendalian
sampah yang paling sederhana adalah dengan menumbuhkan kesadaran dari dalam
diri untuk tidak merusak lingkungan dengan sampah. Selain itu diperlukan juga
kontrol sosial budaya masyarakat untuk lebih menghargai lingkungan, walaupun
kadang harus dihadapkan pada mitos tertentu. Peraturan yang tegas dari pemerintah
juga sangat diharapkan karena jika tidak maka para perusak lingkungan akan
terus merusak.
DAFTAR
PUSTAKA